INMETA Membangun Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Air

Catatan Diplomasi Politik Pelaut Nuswantara

Kak SOFA  I Ketua INMETA I Aktifis Sosial Masyarakat Kalimantan Selatan

NGO Indonesia Meratus Tangguh secara swadaya telah membangun konsep partisipatif dalam aktifitas hariannya melalui pertimbangan standar budaya lokal, tingkat keterampilan dan literasi masyarakat, serta sumber daya yang tersedia. Kami belajar untuk memahami praktik partisipatif yang paling relevan sesuai dengan kebutuhan keseimbangan manusia dan alam yang akan terus berubah sesuai dengan tuntutan zaman. Terdapat berbagai standar praktik yang baik dalam berbagai macam proses partisipatif yang dapat memperkuat keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik.

Dalam usaha untuk meningkatkan praktik partisipatif dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya, berbagai metode telah dikembangkan. “The International Association for Public Participation (IAP2)” menekankan pentingnya transparansi dalam konsultasi publik, memastikan informasi yang jelas dari perencanaan hingga evaluasi kebijakan atau proyek, memungkinkan masyarakat memberikan masukan yang lebih bermakna. Pendekatan seperti Deliberative Polling oleh James Fishkin memungkinkan diskusi terstruktur yang mendalam, sementara model “Consensus Conferences” dari Denmark mempromosikan pengambilan keputusan inklusif dengan melibatkan panel warga yang direkrut secara acak dan dilatih oleh ahli.

Konsep “Community Benefit Agreements (CBAs)” memberikan komunitas lokal peluang bernegosiasi dengan pengembang proyek besar untuk mendapatkan manfaat konkret. Di sisi lain, praktik “Joint Forest Management” di negara-negara seperti India memungkinkan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan sumber daya alam, seperti hutan. Penggunaan teknologi, seperti platform daring dan aplikasi seluler seperti “CitizenLab” atau “MyVoice,” telah memfasilitasi partisipasi yang lebih luas dan inklusif dalam pengambilan keputusan, memberikan suara kepada masyarakat dalam pembentukan kebijakan secara demokratis. Semua ini adalah upaya penting dalam mencapai pengelolaan sumber daya yang lebih berkelanjutan dan inklusif.

Dan kami sadar bahwa kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya memerlukan komitmen jangka panjang untuk menjaga dan melindungi sumber daya air demi keberlanjutan lingkungan dan masyarakat. Masyarakat secara tradisi sebenarnya sudah memiliki pengetahuan lokal yang berharga tentang cara mengelola air dan menjaganya tetap bersih. Pemerintah dan organisasi non-pemerintah dapat berkolaborasi dengan komunitas ini untuk menggabungkan pengetahuan tradisional ke dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya air modern. Ini dapat menghasilkan praktik yang lebih berkelanjutan, dimana kolaborasi antara masyarakat tradisional dan pemangku kepentingan modern dapat menciptakan solusi yang lebih baik untuk tantangan terkait air.

Pandangan sederhana kami diruang tradisional masyarakat kalimantan selatan misalnya. Keseharian mengandalkan mata air, sungai, dan danau sebagai sumber air, membuat mereka memiliki pengetahuan mendalam tentang sumber-sumber ini, termasuk musim kering dan hujan, serta bagaimana mengelolanya agar tetap bersih dan berkelanjutan. Terutama diranah pertanian, masyarakat telah mengembangkan sistem irigasi tradisional yang mengalirkan air dari sungai atau danau ke sawah-sawah mereka. Mereka memiliki pengetahuan tentang cara mengatur aliran air untuk mengairi tanaman mereka dengan efisien. Kemudian pengetahuan tentang keterkaitan antara hutan dan lahan basah dengan pasokan air adalah bagian integral dari tradisi masyarakat Kalimantan Selatan. Mereka tahu bagaimana menjaga hutan dan lahan basah untuk menjaga aliran air yang konsisten, walaupun geliat industri pertambangan tanpa henti menggerus wilayah hutan yang seharusnya menjadi sumber alami air kehidupan mereka.

Masyarakat lokal tahu bagaimana mengukur kualitas air, terutama dalam hal keamanan minum. Mereka menggunakan metode tradisional untuk mengidentifikasi air yang aman dan yang harus dihindari. Praktik tradisional juga mencakup upaya pembersihan dan pelestarian sumber air, seperti membersihkan sungai atau danau secara berkala. Masyarakat Kalimantan Selatan sering memiliki tradisi gotong royong untuk menjaga kebersihan lingkungan air. Namun paradoksnya ditengah pengetahuan yang mendalam tentang ekosistem air lokal, termasuk bagaimana memanfaatkannya untuk kehidupan sehari-hari. Perumahan di atas air seringkali cenderung miskin dan tidak memiliki infrastruktur sanitasi yang memadai, yang dapat menyebabkan pencemaran air dan masalah kesehatan masyarakat. Masyarakat tersebut mungkin memiliki pengetahuan tradisional tentang pengelolaan air, tetapi faktor-faktor seperti urbanisasi yang cepat, pencemaran, dan perubahan iklim dapat mengancam keberlanjutan pengetahuan tersebut.

Banyak budaya di Kalimantan Selatan memiliki mitos dan legenda tentang air yang mendorong penghargaan terhadap air sebagai entitas spiritual. Ini dapat memotivasi masyarakat untuk merawat air dengan penuh hormat. Sehingga terbentuklah tradisi yang turun temurun tentang norma pengelolaan air, diantaranya adalah larangan penggunaan air untuk keperluan yang tidak perlu atau pemborosan. Dan kami menemukan pengetahuan tentang pengelolaan air dan praktik berkelanjutan justru hadir diruang keluarga sampai hari ini. Dengan momentum hari air sedunia yang digelar di Bali 2023 ini diharapkan dapat mengintegrasikan semua stakeholder dalam kerangka kerja yang inklusif dan berkelanjutan akan membantu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air di seluruh Indonesia.

Dengan memanfaatkan budaya dan tradisi lokal sebagai aset, kita dapat mencapai keberlanjutan pengelolaan air yang lebih baik. Pentingnya pengelolaan air ini bisa kita mulai dengan campaign di media sosial bagi generasi milenial yang biasa terkonsentrasi diperkotaan. Namun, melibatkan masyarakat dalam skala yang lebih besar, seperti kota, memerlukan strategi yang cermat dan inklusif. Menghormati dan memahami nilai-nilai dan praktik budaya yang telah ada di komunitas kota adalah langkah awal yang penting. Dalam banyak budaya, air memiliki hubungan erat dengan ritual atau tradisi tertentu. Memelihara dan merayakan aspek-aspek ini dapat meningkatkan kesadaran dan penghargaan masyarakat terhadap sumber daya air.

Di kota, teknologi seperti aplikasi seluler atau platform daring dapat digunakan untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat. Melalui platform ini, warga dapat memberikan masukan, menyampaikan permasalahan, dan berkolaborasi dengan lebih mudah. Hal ini memungkinkan partisipasi yang lebih luas dan nyaman bagi warga kota yang sibuk. Dimana kampanye kesadaran tentang pentingnya air bisa menjadi trending topic.  berikut program pendidikan di sekolah, seminar masyarakat, atau kampanye media sosial yang mengakui nilai budaya dan tradisional lokal dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang masalah air.

Dalam pengalaman kami untuk membuat keterlibatan langsung setiap individu menjadi sulit akibat keterbatasan waktu dan dana. Maka representasi komunitas dapat menjadi alternatif. Dalam hal ini, perwakilan yang dipilih oleh komunitas dapat mewakili suara masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang lebih tinggi.  Dan mereka bisa dilibatkan dalam peran kerja-kerja sosial dengan mendengarkan kebutuhan masyarakat, memberikan pendidikan dan pemberdayaan, serta menjembatani hubungan antara masyarakat dengan pemangku kepentingan lainnya. Kemudian dialog dengan komunitas lokal, petani, industri, dan pemerintah dengan harapan untuk bisa berbagi perspektif, kebutuhan, dan keprihatinan mereka. SEMOGA !!!

 

Komentar