Susi Pudjiastuti Minta Nelayan Hentikan Cara Penangkapapan Ikan yang Merusak

Info Maritim503 Dilihat

Selayar, indomaritim.id – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meminta nelayan menghentikan penangkapan ikan yang merusak ekosistem laut seperti penggunaan racun, bom ikan, dan merusak terumbu karang.

Susi Pudjiastuti mengungkapkan, masih ada nelayan yang merusak laut untuk menangkap ikan saat bertemu nelayan dan tokoh masyarkat ketika melakukan kunjungan ke Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, (21/4/2019). Menteri Susi menyayangkan, masih maraknya praktik penangkapan ikan dengan cara yang merusak oleh masyarakat.

“Di beberapa tempat saya datangi, di NTT, NTB, Maluku, dan lain-lain. Kalau kita tanya ada yang ngebom ikan? Jawabnya, ada. Dari mana yang ngebom? Dari Sulsel,” lanjut Menteri Susi.

Baca Juga: Terjun ke Laut, Susi Pudjiastuti Lepaskan Ratusan Ribu Ekor Benih Lobster di Natuna

Untuk itu, Menteri Susi berpendapat praktik menangkap ikan yang merusak atau destructive fishing yang sering dilakukan masyarakat Sulawesi Selatan harus diperbaiki agar tidak menambah kerusakan alam.

“Selayar, Jeneponto, Taka Bonerate, Togean, dan Teluk Tomini adalah tempat-tempat yang sekarang jadi sasaran karena bagian lain sudah rusak. Pengebom dan portas (jenis racun-red) juga sudah sampai ke Raja Ampat. Dan suatu saat kalau terus berlanjut, saya yakin bahwa karang Indonesia ini bisa kurang dari 50 persen yang masih baik,” papar Menteri Susi.

Destructive fishing ini selain mengancam keberadaan ikan di alam, juga mengancam keberlanjutan terumbu karang. Menteri Susi menyebutkan, pemulihan terumbu karang yang rusak akibat destructive fishing ini membutuhkan waktu yang sangat panjang.

Susi Pudjiastuti di laut Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Foto: Humas KKP
Susi Pudjiastuti di laut Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Foto: Humas KKP

“Pemulihan terumbu karang ini tidak mudah karena satu tahun coral itu hanya tumbuh paling kalau daerahnya subur airnya bagus lima sentimeter pun tidak. Rata-rata satu setengah sampau dua setengah sentimeter saja. Dan koral pun akan terganggu karena cuaca. Jadi sebetulnya kalau kita merusak lagi, ya akan habis,” Menteri Susi mengingatkan.

Padahal, lanjut Susi Pudjiastuti, keberadaan terumbu karang ini sendiri sangat penting bagi ekosistem laut. Di terumbu karanglah ikan bertelur, beranak-pianak, dan berkembang biak.

“Ikan sama dengan kita, mereka tidak mau pacaran di gelombang tinggi besar. Mereka akan cari tempat teduh untuk beranak pianak. Mereka juga seperti ibu yang melepas anaknya dengan kasih sayang dengan pengetahuan bahwa anaknya di situ akan aman. Tidak mungkin dia akan memijah di gelombang besar di laut lepas,” ujarnya.

Menteri Susi berada di Kepualauan Selayar bersama rombongan Kementerian Kelautan dan Perikanan, diantaranya Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Brahmantya Satyamurti Poerwadi dan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, M. Zulficar Mochtar.

Berdasarkan data KKP, Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar, di antaranya 260 jenis terumbu karang, 12 jenis lamun, ekosistem mangrove, pulau-pulau kecil nan cantik, termasuk atoll terbesar kedua di dunia, yaitu Taka Bonerate.

Komentar