Gelombang Aliansi AUKUS dalam Geostrategik Indonesia

Catatan Diplomasi Politik Pelaut Nuswantara

Pelaut ADIPATI  l Kalitbang INDOMARITIM  l  Direktur Eksekutif TRUST  l Presiden SPI  l  Volunteer INMETA  

Pada tanggal 17 Agustus 2024, tepat saat Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan yang ke-79, muncul sebuah cerita yang jauh lebih menarik dan strategis dalam konteks geopolitik maritim. Amerika Serikat, sebagai bagian dari aliansi trilateral AUKUS (Australia, Inggris, dan AS), membuat pengumuman penting yang berpotensi memajukan kerja sama pertahanan antar ketiga negara tersebut. Pengumuman ini menandai langkah signifikan dalam mengatasi hambatan birokrasi yang telah lama menghalangi pengembangan teknologi militer sensitif di bawah perairan antara Indonesia dan Australia.

AUKUS: Sebuah Respon Terhadap Dinamika Indo-Pasifik

Aliansi AUKUS dibentuk pada tahun 2021 sebagai tanggapan terhadap meningkatnya kekhawatiran atas pengaruh Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik. AUKUS dirancang untuk memungkinkan Australia memperoleh kapal selam serang bertenaga nuklir serta senjata canggih lainnya, termasuk rudal hipersonik. Pembentukan aliansi ini menegaskan komitmen ketiga negara untuk memperkuat keamanan maritim di kawasan yang strategis ini.

Pada peringatan Kemerdekaan Indonesia, Amerika Serikat mengumumkan kepada Kongres bahwa Australia dan Inggris kini memiliki pengendalian ekspor yang dianggap sebanding dengan Amerika Serikat. Pengakuan ini memungkinkan kedua negara tersebut untuk mendapatkan pengecualian dari Peraturan Perdagangan Senjata Internasional (ITAR), sebuah regulasi yang selama ini menjadi rintangan utama dalam pembagian teknologi militer yang dijaga ketat, dan menghambat kemajuan proyek-proyek AUKUS.

Langkah Baru dalam Transfer Teknologi

Mulai 1 September 2024, aturan baru yang diterbitkan oleh Departemen Luar Negeri AS akan memungkinkan pengecualian lisensi ekspor untuk Australia dan Inggris. Langkah ini diharapkan akan mempercepat proses transfer teknologi dan perdagangan pertahanan, yang sebelumnya memerlukan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk mendapatkan persetujuan. Pengumuman ini dipuji sebagai “perubahan generasi” oleh Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, dan “terobosan bersejarah” oleh pemerintah Inggris.

Reformasi ini diharapkan akan merevolusi perdagangan pertahanan dan memungkinkan kolaborasi yang lebih cepat dan efektif di antara ketiga negara. Bagi Australia, pengumuman ini adalah kabar baik yang memperkuat posisinya dalam AUKUS dan memastikan bahwa proyek-proyek penting, seperti pengadaan kapal selam bertenaga nuklir, dapat berlanjut dengan lebih cepat dan efisien.

Dampak AUKUS Terhadap Indonesia

Perkembangan AUKUS, khususnya pengembangan kapal selam bertenaga nuklir dan teknologi militer canggih oleh Australia, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Indonesia. Sebagai negara dengan posisi strategis di kawasan Indo-Pasifik, Indonesia harus waspada terhadap dampak dari peningkatan kemampuan militer negara-negara tetangga.

1. Potensi Peningkatan Ketegangan Regional : Pengembangan teknologi militer canggih oleh Australia dan negara-negara AUKUS lainnya dapat memicu peningkatan ketegangan di kawasan. Negara-negara seperti Tiongkok mungkin melihat AUKUS sebagai ancaman, yang bisa memicu perlombaan senjata dan meningkatkan militerisasi di Indo-Pasifik, termasuk di sekitar perairan Indonesia.

2. Dinamika Laut Cina Selatan : AUKUS berfokus pada keamanan maritim di Indo-Pasifik, termasuk Laut Cina Selatan, yang merupakan wilayah sengketa. Indonesia, meskipun bukan pihak langsung dalam sengketa tersebut, memiliki kepentingan besar karena kedaulatan atas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di sekitar Natuna. AUKUS dapat mempengaruhi dinamika di kawasan ini, yang memerlukan perhatian khusus dari Indonesia untuk menjaga kedaulatannya.

3.  Hubungan Bilateral dengan Negara-Negara AUKUS : Sebagai tetangga dekat, hubungan Indonesia dengan Australia bisa terpengaruh oleh perkembangan AUKUS. Indonesia perlu mengelola hubungannya dengan Australia secara hati-hati, mengingat peran penting Australia dalam aliansi ini. Ada potensi peningkatan kerja sama di bidang keamanan, namun juga ada risiko ketegangan jika Indonesia merasa terancam oleh peningkatan kemampuan militer Australia.

4. Kemandirian Pertahanan Indonesia : Dalam jangka panjang, perkembangan AUKUS bisa mendorong Indonesia untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan investasinya dalam teknologi militer. Ini diperlukan untuk memastikan bahwa Indonesia dapat mempertahankan kedaulatannya dan berperan aktif dalam menjaga stabilitas kawasan.

Menghadapi Tantangan dan Peluang

Indonesia mungkin perlu mencari cara untuk memperkuat aliansi dengan negara-negara lain di luar AUKUS, seperti ASEAN atau negara-negara lain di kawasan Indo-Pasifik, guna menyeimbangkan pengaruh dari aliansi militer baru ini. Ketegangan yang meningkat di kawasan dapat mempengaruhi perdagangan dan investasi, termasuk jalur perdagangan yang melalui perairan Indonesia. Jika AUKUS memicu ketegangan, hal ini bisa berdampak negatif pada stabilitas ekonomi di kawasan, termasuk Indonesia.

Menghadapi perkembangan ini, Indonesia perlu secara proaktif mengelola dampak AUKUS melalui diplomasi, peningkatan kapabilitas pertahanan, dan memperkuat aliansi di kawasan. Ini penting untuk memastikan bahwa kepentingan Indonesia tetap terjaga di tengah dinamika baru yang dibawa oleh AUKUS. Karena dampaknya terhadap Indonesia sangat signifikan, mengingat posisi strategis negara ini. Untuk menjaga kepentingannya, Indonesia harus mampu beradaptasi dan mengambil langkah-langkah strategis yang tepat di tengah dinamika global yang terus berubah.

Komentar