Pelaut ADIPATI l Kalitbang INDOMARITIM l Kalitbang APUDSI I CEO TRUST l Presiden SPI l Volunteer INMETA
Penandatanganan Indonesia–Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA) di Ottawa pada 24 September lalu menjadi tonggak baru hubungan bilateral. Perjanjian ini menghapus atau menurunkan tarif lebih dari 90% ekspor Indonesia ke Kanada, serta 95% ekspor Kanada ke Indonesia yang sebagian besar berupa produk agrikultur. Namun, lebih dari sekadar kesepakatan dagang, CEPA membuka ruang lebar bagi reposisi strategis Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Ekonomi Maritim sebagai Fondasi
Dari perspektif ekonomi, CEPA akan menggeser jalur logistik Indonesia. Dengan akses langsung ke pelabuhan barat Kanada (Vancouver, Prince Rupert), produk Indonesia tidak hanya menuju Amerika Utara melalui jalur tradisional via AS, tetapi juga melalui rute baru lintas Pasifik. Hal ini menuntut penguatan pelabuhan domestik seperti Tanjung Priok, Bitung, dan Makassar agar mampu mengelola arus kontainer yang lebih intensif.
Di sisi lain, masuknya produk agrikultur Kanada seperti gandum, kentang, dan daging ke pasar Indonesia juga mendorong peningkatan frekuensi pelayaran Kanada–Asia Tenggara. Artinya, volume perdagangan akan semakin memposisikan Indonesia sebagai simpul penting dalam rantai pasok maritim global.
Kanada: Aktor Atlantik–Pasifik–Arktik
Kanada bukan mitra sembarangan. Negara ini memiliki posisi unik karena berbatasan langsung dengan tiga samudra: Atlantik, Pasifik, dan Arktik. Kehadirannya di Indo-Pasifik memperluas jangkauan kepentingan NATO dan G7, namun dengan gaya yang relatif lebih “lunak” dibandingkan Amerika Serikat atau Australia. Bagi Indonesia, menggandeng Kanada berarti memperluas jejaring tanpa harus terlalu terikat pada rivalitas hegemonik AS–Tiongkok. Ini adalah langkah *soft balancing* yang konsisten dengan politik luar negeri bebas-aktif.
Dimensi Pertahanan Maritim
Kerja sama kedua negara bukan hanya soal perdagangan. Pada Januari 2025, Indonesia dan Kanada menandatangani MoU pertahanan yang menekankan aspek maritim. Poin pentingnya mencakup transfer teknologi kapal patroli, sistem radar, hingga latihan gabungan di Selat Malaka.
Kanada memiliki pengalaman panjang dalam operasi laut ekstrem di Arktik. Bagi Indonesia, kemampuan ini bisa ditransfer untuk memperkuat pengawasan laut dingin, navigasi modern, dan pengembangan armada patroli yang lebih tangguh. Hal ini sangat relevan untuk menjaga Selat Malaka dan Laut Natuna Utara yang rawan konflik.
Risiko Geopolitik di Laut Cina Selatan
Meski peluang terbuka, risiko besar tetap ada. Laut Cina Selatan adalah jalur vital ekspor Indonesia ke Amerika Utara. Eskalasi rivalitas AS–Tiongkok berpotensi meningkatkan biaya asuransi maritim, memperlambat logistik, dan menurunkan daya saing produk Indonesia.
Dengan menjalin kerja sama dengan Kanada, Indonesia menyiapkan opsi mitigasi. Diplomasi maritim ASEAN dapat diperkuat, sementara transfer teknologi Kanada membantu meningkatkan kapasitas patroli laut Indonesia agar lebih siap menghadapi ketidakpastian.
Arktik: Jalur Baru, Ketidakpastian Baru
Perubahan iklim membuka peluang penggunaan rute Arktik (Northwest Passage) sebagai jalur alternatif Asia–Amerika Utara. Jika jalur ini menjadi operasional, pengiriman barang Indonesia ke Kanada bisa dipercepat. Namun jalur tersebut juga sarat dengan ketegangan geopolitik: AS, Rusia, dan Tiongkok sama-sama mengklaim kepentingan di sana.
Kolaborasi Indonesia–Kanada di bidang teknologi navigasi dingin dan logistik Arktik bisa menjadi strategi jangka panjang. Meski belum langsung relevan, diversifikasi rute akan memberi keuntungan besar ketika jalur tradisional terganggu oleh konflik atau ketidakstabilan global.
Keamanan Domestik: Titik Lemah Indonesia
Tantangan besar bagi Indonesia justru datang dari dalam negeri. Selat Malaka masih rawan perompakan, sementara armada coast guard terbatas. Kondisi ini memengaruhi citra Indonesia di mata investor asing yang menuntut kepastian keamanan rantai pasok.
Melalui kerja sama dengan Kanada, Indonesia berpeluang memperkuat maritime domain awareness dengan radar pantai, satelit pengawasan, serta pengembangan kapal patroli cepat. Jika diimplementasikan serius, ini akan meningkatkan kredibilitas Indonesia sebagai mitra dagang yang aman dan stabil.
Persaingan Intra-ASEAN
Selain faktor eksternal, Indonesia juga menghadapi kompetisi regional. Negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia juga memiliki CEPA dengan mitra Barat. Jika infrastruktur maritim Indonesia tidak segera dimodernisasi, potensi CEPA dengan Kanada tidak akan optimal.
Modernisasi pelabuhan, digitalisasi logistik, serta percepatan custom clearance menjadi kunci agar ekspor Indonesia tidak kalah bersaing. Di sinilah peran investasi Kanada di sektor *smart port* dan industri galangan kapal bisa sangat strategis.
Diplomasi Multi-Poros
Kerja sama dengan Kanada juga memperluas ruang diplomasi Indonesia di Indo-Pasifik. Melibatkan Kanada dalam forum seperti ASEAN Maritime Forum atau bahkan membentuk dialog baru seperti Indo-Pacific Maritime Cooperation Dialogue akan memperkuat posisi Indonesia sebagai fasilitator regional.
Bagi Presiden Prabowo, diplomasi multi-poros ini penting untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi, keamanan, dan politik luar negeri bebas-aktif.
Kesimpulan Analitis
Kerja sama Indonesia–Kanada bukanlah hubungan bilateral biasa. CEPA membuka jalur perdagangan baru lintas Pasifik, sementara MoU pertahanan memperkuat fondasi keamanan maritim. Dari sisi geopolitik, Kanada menjadi mitra alternatif yang memperluas opsi Indonesia di tengah rivalitas besar AS–Tiongkok.
Namun peluang ini tidak datang tanpa risiko. LCS tetap rawan, Arktik penuh ketidakpastian, dan infrastruktur domestik Indonesia masih menjadi titik lemah. Jika tidak segera diperbaiki, keuntungan dari CEPA bisa tereduksi oleh masalah internal.
Dengan kata lain, kerja sama ini baru memberi manfaat optimal jika Indonesia mampu memodernisasi pelabuhan, memperkuat armada patroli, dan mengelola diplomasi multi-poros secara konsisten. Jika itu tercapai, Indonesia tidak hanya menjadi jalur transit perdagangan, melainkan benar-benar bertransformasi menjadi poros maritim dunia yang disegani.
Komentar