HM Soeharto sebagai Bapak Pembangunan: Refleksi di Hari Pahlawan

Catatan Diplomasi Politik Pelaut Nuswantara

Support by SAMUDRA PELAUT TRUST DESA

Setiap 10 November, bangsa Indonesia berdiri khidmat mengenang jasa para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa untuk kemerdekaan. Tahun ini, di tengah gegap gempita peringatan Hari Pahlawan, kita diingatkan pada satu nama yang tak pernah lekang dari perbincangan sejarah: Soeharto. Terlepas dari segala kontroversi yang menyelimutinya, sudah saatnya kita secara jernih dan berani mengakui bahwa Indonesia modern tak mungkin berdiri tegak seperti hari ini tanpa kontribusi besarnya sebagai Bapak Pembangunan.

Warisan yang Tak Terbantahkan

Dalam gegap gempita perdebatan tentang masa lalu, kita sering lupa pada fakta-fakta nyata yang menjadi warisan Soeharto bagi generasi sekarang. Di bawah kepemimpinannya selama 32 tahun, Indonesia bertransformasi dari negara agraris tertinggal menjadi macan Asia yang disegani. Prestasi swasembada pangan pada 1984 yang mendapat pengakuan FAO adalah bukti nyata keseriusannya membangun Indonesia dari sektor paling dasar: pangan.

Melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang berkesinambungan, Soeharto membangun infrastruktur di seluruh penjuru Nusantara. Jalan-jalan protokol, jembatan, pelabuhan, dan jaringan listrik yang kini kita nikmati adalah pondasi yang diletakkannya. Program Keluarga Berencana (KB) yang revolusioner berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk, memberikan ruang bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Stabilitas sebagai Fondasi

Dalam pidato-pidatonya, Soeharto kerap menekankan pentingnya stabilitas nasional sebagai prasyarat pembangunan. Kita harus jujur mengakui bahwa stabilitas politik dan keamanan yang tercipta di eranya memungkinkan investor asing masuk, usaha berkembang, dan rakyat dapat bekerja dengan tenang. Inflasi yang terkendali di bawah 10%—pencapaian yang bahkan sulit ditiru di era reformasi—membuktikan keberhasilan kebijakan ekonominya.

Maka pada hari Pahlawan 10 November 2025 ini, Titiek Soeharto sebagai putri beliau menyatakan rasa syukur dan terima kasih atas usulan gelar Pahlawan Nasional untuk ayahnya, Soeharto. Dukungan luas dari masyarakat dan hampir semua fraksi di DPR RI sebagai bentuk penghargaan atas jasa Soeharto diyakini karena stabilitas nasional yang telah digawangi HM Suharto untuk pembangunan bangsa. 

Jiwa Kepahlawanan di Masa Revolusi

Sebelum menjadi presiden, Soeharto telah menunjukkan jiwa kepahlawanannya. Perannya dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta tidak hanya membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia masih exists, tetapi juga menjadi momentum strategis dalam perjuangan diplomasi. Begitu juga dengan peran utamanya dalam penumpasan G30S/PKI sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada tahun 1965.

HM Suharto yang merupakan Presiden Republik Indonesia terlama ini memimpin operasi militer untuk menguasai kembali Jakarta, mengamankan instalasi penting seperti RRI, dan memobilisasi pasukan untuk menangkap serta menumpas anggota PKI dan simpatisannya. Ini adalah bukti bahwa darah kepahlawanan telah mengalir dalam dirinya sejak masa revolusi.

Belajar dari Kearifan Timur

Sebagai bangsa Timur yang menjunjung tinggi nilai-nilai keluhuran, sudah sepatutnya kita menghargai jasa dan pengabdian Soeharto dengan lapang dada. Seperti pesan bijak dari NU: “Al-muhafazhah ‘ala al-qadim ash-shalih wal akhdzu bil jadid al-ashlah”—menjaga warisan lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.

Pengakuan terhadap jasa Soeharto bukan berarti kita menutup mata terhadap kekurangan dan kesalahan yang terjadi. Sejarah memang harus dicatat secara jujur dan utuh. Namun, di Hari Pahlawan ini, marilah kita fokus untuk mengenang kontribusi positifnya yang telah menjadi fondasi Indonesia modern.

Warisan untuk Generasi Muda

Bagi generasi muda yang lahir pasca-reformasi, mungkin Soeharto hanyalah gambar hitam-putih dalam buku sejarah. Namun, warisannya hidup dalam setiap infrastruktur yang kita gunakan, dalam swasembada pangan yang kita usahakan, dan dalam stabilitas yang kita jaga.

Di Hari Pahlawan ini, tepatlah kiranya kita menyematkan penghormatan tertinggi kepada Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Nasional. Sebagaimana para pahlawan lainnya, ia telah mengabdikan hidupnya untuk membangun Indonesia—dengan caranya sendiri, dengan zamannya sendiri.

Sejarah akan terus berjalan, dan setiap generasi punya hak untuk menilainya. Namun, satu hal yang pasti: jasanya dalam membangun fondasi ekonomi Indonesia pantas dikenang dan dihormati. Selamat Hari Pahlawan! Terima kasih, Pak Harto, atas segala karya dan pengabdianmu untuk Indonesia.

Komentar