Gresik, indomaritim.id – Direktur Utama PT Berlian Manyar Sejahtera (BMS) menjadi pembicara dalam Kunjungan Industri Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia beserta Rombongan AKR Land. Bertempat di Kantor Pemasaran Java Integrated Industiral and Port Estate (JIIPE) Kunjungan dengan tema Industrial-Port-Residental diawali dengan site visit ke dermaga operasional.
PT BMS menjadi salah satu korporasi yang diberikan kesempatan untuk berbicara dalam forum kunjungan yang terdiri dari 115 orang dari lingkup asosiasi dan pengusaha pelabuhan.
Daru Julianto Wicaksono, selaku Direktur Utama memaparkan kinerja perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 2012 dan beroperasi mulai 2016. Berdasarkan asal barang, Pelabuhan Manyar Gresik masih didominasi oleh kapal berbendera asing yang membawa barang barang impor terutama curah kering.
Baca Juga: Pelabuhan Benoa Siap Sambut Kapal Pesiar Ukuran 350 Meter
Dari Segi Produktifitas dan Kinerja Bongkar Muat mengalami pasang surut diawal operasi seperti di tahun 2016 arus barang PT BMS tercatat sebanyak 438.343 ton, namun di tahun 2017 menanjak hingga 1.300.377 ton dan 1.055.243 ton di tahun 2018.
Daru Julianto menyampaikan bahwa selain produktifitas, kinerja pelayanan barang baik luar negeri maupun dalam negeri khususnya curah kering di Pelabuhan BMS dalam satuan T/S/D (Ton/Ship/Day) selama kurun waktu 3 (tiga) tahun beroperasi mengalami peningkatan.
“Selama beroperasi sekitar 3 tahun trafik arus barang, kinerja dan pelayanan usaha bongkar muat barang (stevedoring) Pelabuhan BMS mengalami peningkatan yang cukup signifikan,” kata Daru Julianto Wicaksono.
Daru menjelaskan, performa curah kering di Pelabuhan BMS dalam satuan T/S/D tertinggi pada tahun 2018 dengan total 6.096 ton. “Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan bongkar muat Fertilizer/MOP sebanyak 444.435 ton dan Gandum sebesar 1.253.995 ton selama 3 tahun terakhir,” ujarnya
Lebih lanjut lagi dari segi okupansi dermaga (BOR) di PT BMS performance rata-ratanya mencapai 54,7 persen, terhitung tahun 2016 hingga 2018 sebesar 56 persen. Mengacu pada Standart UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development) di sisi pedoman keterisian dermaga Curah Kering jika mencapai batas maksimum 60 persen dianjurkan untuk membangun tambahan dermaga agar dapat menjaga performa secara stabil, disinyalir jika lebih dari angka tersebut maka akan terlihat waktu tunggu kapal yang akan sandar semakin tinggi.
Baca Juga: Digitalisasi Pelabuhan, Begini Trend di Tanjung Perak dan Rotterdam Belanda
Dengan kapasitas eksisting produksi sandar kapal di dermaga PT BMS mencapai 1.620.000 ton pertahun dan ketersedian fasiltitas dua tambatan, Crane kapal serta Grabe-hopper di tahun 2019 tak heran jika nantinya direncakanan tahun 2022 akan ada penambahan fasilitas dan alat berupa 4 unit RMPC (Railed Mobile Portal Crane) dan penambahan 2 (dua) tambatan maka diperkirakan kapasitas dari berthing okupansi menjadi 5.420.000 ton pada tahun 2022.
Harapannya dengan adanya realisasi ekspansi dermaga kedepannya dapat memperlancar Arus Logistik Nasional seperti yang di canangkan oleh PT Pelindo III yang mana keberadaan pelabuhannya merupakan bagian terpenting dari konektivitas arus barang di wilayah Indonesia.
PT Berlian Manyar Sejahtera yang juga dikenal dengan PT BMS adalah perusahaan join venture antara PT Pelindo III melalui anak usahanya yaitu PT Berlian Jasa Terminal (BJTI) dengan kepemilikan saham 60 persen dan AKR Corporindo (Tbk) melalui PT Usaha Era Pratama Nusantara (UEPN) kepemilikan saham 40 persen.
Terletak di Selat Madura, Pelabuhan PT BMS yang berada di JIIPE (Java integrated Industrial Port estate) memiliki kedalaman -15 Low Water Spring (LWS) tanpa dredging, atau yang terdalam di Jawa Timur. Dengan kedalaman itu dapat melayani, mulai dari barang curah kering dan cair, general kargo hingga nantinya sampai peti kemas
PT BMS menjalankan bisnis inti sebagai penyedia fasilitas jasa bongkar-muat yang memiliki peran mengurai kongesti di Tanjung Perak maupun daerah Manyar-Gresik . Dengan tersedianya prasarana tersebut, PT BMS mampu menggerakkan serta mendorong kegiatan ekonomi daerah Pesisir Manyar-Gresik.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga