Bilelando, Potensi Wisata Bahari Baru di Nusa Tenggara Barat

Lifestyle261 Dilihat

Lombok Tengah, indomaritim.id –  Desa Bilelando menyajikan hamparan pasir putih yang luas dan perbukitan yang membentang berbatasan dengan laut lepas menambah eksotis panorama pantai selatan Lombok. Suasana khas desa pantai terasa kental ketika memasuki desa bahari itu.

Pantai dengan air yang bening dihiasi panorama laut yang memesona di Dusun Kelongkong, Desa Bilelando, Kecamatan Praya Timur itu, kini menjadi salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Desa Wisata Bahari Bilelando dan Bilelando Community Base Tourisme di Dusun Kelongkong itu telah diresmikan Gubernur NTB Zulkieflimansyah pada Minggu, (17/2/2019).

Desa Wisata Bahari Bilelando menjadi desa wisata pertama di Kabupaten Lombok Tengah. Objek wisata bahari di Pantai Ujung Kelor itu mulai ramai dikunjungi wisatawan Nusantara dan mancanegara yang ingin menikmati keindahan tempat pelancongan tersebut.

Tak dipungkiri Desa Wisata Bahari Bilelando memang tidak segemerlap kawasan wisata lain yang dihiasi hotel bintang, restoran berkelas intenasional, dan gempita musik cadas, seperti di objek wisata tiga gili (pulau kecil) Trawangan, Meno, dan Gili Air yang telah mendunia.

Namun, Desa Wisata Bahari Bilelando setidaknya menawarkan suasana desa pantai yang harmonis dan jauh dari kebisingan serta hiruk pikuk perkotaan.

Dusun Kelongkong yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Praya, Ibu Kota Kabupaten Lombok Tengah ini, bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun empat dalam waktu sekitar 45 menit.

Kepala Desa Bilelando Ramayadi (47) mengatakan Pantai Ujung Kelor dapat dijangkau melalui dua rute. Jika air laut surut bisa menyusuri pantai, namun saat air pasang harus menggunakan perahu motor dengan waktu tempuh sekitar 10 menit.

Pantai Ujung Keloar mulai didatangi wisatawan mancanegara penggemar berselancar (surfing). Yang menjadi daya tarik, antara lain laut yang masih alami dan dihiasi biota laut, termasuk ikan hias.

DR Zul, sapaan akrab Gubernur NTB, yang didampingi Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, Niken Saptarini Widyawati saat meresmikan Desa Wisata Bahari Bilelando dan Bilelando Community Base Tourisme, mengatakan keberhasilan sektor pariwisata sangat ditentukan oleh lingkungan yang bersih dan sehat.

Selain itu, didukung sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan yang tidak kalah pentingnya adalah keamanan.

Dengan diresmikannya Desa Wisata Bahari Dusun Kelongkong diharapkan daerah itu menjadi desa yang maju, sejahtera, bersih, dan indah.
Siap Mendukung

Pemerintah Provinsi NTB siap dan selalu mendukung upaya pemenuhan segala kebutuhan demi kemajuan desa wisata ini.

Yang paling penting, kata dia, berbagai pemangku kepentingan harus tetap menjaga kebersihan lingkungan dengan menyiapkan toilet-toilet umum bagi para wisatawan, walau sederhana.

Terkait dengan SDM untuk kemajuan desa wisata ini ke depan, DR Zul meminta Kementerian Pariwisata agar memberikan jatah bagi pemuda-pemuda Desa Bilelando untuk mendapatkan beasiswa program belajar keterampilan bahasa Inggris dan memperdalam keilmuan di bidang wisata bahari.

Deputi Bidang SDM, Iptek, dan Budaya Kementerian Koordinator Kemaritiman Andreas Patria yang menghadiri acara peresmian Desa Wisata Bahari Bilelando mengagumi dan memberi penghargaan yang setinggi-tingginya kepada masyarakat desa itu karena memiliki semangat kuat untuk maju.

Ia berharap, untuk kemajuan desa wisata itu dibutuhkan sinergi semua pihak agar apa yang dicita-citakan bisa berjalan dengan baik.

Untuk itu Andreas Patria mengimbau pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, menjamin kesinambungan pariwisata daerah dengan menyelesaikan tata ruang terlebih dahulu agar penataan objek wisata menjadi lebih baik.

Ia mengharapkan kegiatan internasional tidak hanya dilaksanakan di Bali dan daerah lainnya, namun juga diprogramkan di objek-objek wisata di NTB.

Bupati Lombok Tengah M. Suhaili FT mengatakan Bilelando salah satu desa tertinggal yang berada di wilayah Kabupaten Lombok Tengah. Desa ini juga masuk kategori daerah merah, yakni rawan dari sisi keamanan.

Oleh karena itu, katanya, dengan mendeklarasikan diri sebagai Desa Wisata Bahari, hal tersebut menjadi bentuk ikhtiar masyarakat untuk hijrah, mau mengubah kondisi yang kurang baik menjadi baik.

Sebelumnya, Pantai Ujung Kelor di Dusun Kelongkong terkesan menjadi tempat tumpukan sampah plastik yang berasal dari teluk-teluk sekitar. Akan tetapi, saat ini situasinya nampak bersih.

Suhalili mendukung penuh keberanian masyarakat yang mau mengubah kesan itu dengan membuka potensi desanya. Untuk selanjutnya, diharapkan masyarakat terus berbenah dan memanfaatkan potensi alam di desa itu.

Potensi pengembangan desa wisata di Provinsi NTB cukup besar, baik desa wisata bahari dan desa di pegunungan, seperti objek wisata Desa Mantar, Kecamatan Pototano, Kabupaten Sumbawa Barat yang berada sekitar 620 meter di atas permukaan laut.

Terkait dengan pembangunan sektor pariwisata berbasis desa itu, Asosiasi Pariwisata Islam Indonesia (APII) Provinsi NTB menggagas konsep program pembentukan 100 desa wisata halal di Lombok dan Sumbawa, NTB.

Ketua Umum APII Fauzan Zakaria mengatakan selain untuk memperkuat citra NTB sebagai destinasi wisata halal dunia, 100 desa wisata juga diharapkan mengimbangi angka kunjungan wisatawan yang terus meningkat ke daerah ini pada masa yang akan datang.

Program 100 desa wisata halal itu akan dilaksanakan secara bertahap dalam lima tahun masa kepemimpinan Gubernur NTB Zulkieflimansyah dan Wagub NTB Sitti Rohmi Djalilah.

Dia optimistis kehadiran 100 desa wisata halal memberikan efek domino yang besar, terutama dari segi perekonomian masyarakat, khususnya di pedesaan.

Sejumlah desa di Provinsi NTB memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi desa wisata. Hal yang layak dijadikan objek wisata tak hanya pantai yang dihiasi gemerlap hotel mewah dan restoran bertaraf internasional.

Selama ini ada kesan bahwa kue pariwisata hanya dinikmati segelintir pemodal berkantong tebal, sedangkan masyarakat kecil di pedesaan hanya menjadi penonton di negerinya sendiri.

Oleh karena itu, menjadi sebuah pilihan tepat ketika Pemerintah Provinsi NTB menggagas pengembangan desa wisata dalam upaya pengembangan industri pariwisata di bumi “Seribu Masjid” ini.

Dinas Pariwisata NTB mengembangkan sejumlah desa wisata mulai 2017, disesuiakan dengan potensi yang dimiliki masing-masing desa.

Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal mengatakan ada beberapa basis desa wisata yang akan dikembangkan tahun ini, seperti desa wisata agro, kelautan, ekonomi kreatif, dan desa budaya.

Untuk agrowisata, Dinas Pariwisata NTB akan mengembangkan kawasan Sembalun di kaki Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut.

Dengan pengembangan desa wisata di Pulau “Seribu Mesjid” ini, kue pariwisata tak lagi hanya dinikmati segelintir pengusaha berkantong tebal.

Masyarakat desa juga ikut merasakan dampak kemajuan industri pelancongan itu.

Komentar