Pelaut ADIPATI l Kalitbang INDOMARITIM l Direktur Eksekutif TRUST l Presiden SPI l Volunteer INMETA
Agresi militer Israel terhadap kota Gaza di Palestina dipenghujung 2023 ini telah membuka preferensi geopolitik dunia yang akan sangat mempengaruhi konstelasi politik disetiap negara tak terkecuali Indonesia. Sehingga jangankan negara-negara berpenduduk mayoritas muslim saja yang terbakar untuk membentuk aksi solidaritas. Namun justru api perlawanan kemanusiaan justru telah merambah dalam masyarakat sosial dinegara yang selama ini pro terhadap Israel. Eskalasi ketegangan ini membentuk suatu formasi liar dipusat pengendalian geopolitik strategic amerika serikat dikawasan timur tengah.
Sebagaimana yang kita ketahui 3 negara kunci yaitu Saudi Arabia, Mesir dan Turki telah menjadi satelit yang aman bagi amerika untuk melindungi kepentingan regional Israel. Sejak penandatanganan Perjanjian Camp David antara Mesir dan Israel menjadikan Arab Saudi lebih moderat dan mulai mengembangkan hubungan rahasia dengan Israel sejak tahun 1980. Untuk selanjutnya tahun 2000, Riyadh mengusulkan Inisiatif Perdamaian Arab dengan tawaran normalisasi skala penuh kepada Israel. Saat ini Saudi Kembali kepada sikapnya untuk mendukung pembebasan negara Palestina, yang juga disambut oleh presiden Turki Erdogan.
Sementara negara adidaya sendiri seperti US dan China telah bersiaga dilautan teluk untuk mengamankan geopolitik strategiknya sendiri. Amerika Serikat telah mengirim kapal perang ke Mediterania timur dekat Israel untuk melindungi kepentingan AS diwilayah tersebut, diantaranya adalah kapal induk Dwight D Eisenhower dan kapal komando lainnya USS Mount Whitney. Sementara itu Cina mendukung upaya Mesir untuk membiarkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, dengan Langkah menempatkan enam kapal perangnya berupa kapal perusak berpeluru kendali, kapal pasokan terintegrasi, dan fregat. Terlihat seperti etalase persiapan perang dunia ketiga, namun sebenarnya pertempuran itu baru saja dimulai. Blue Ocean War saat ini tidak sedang terjadi di tengah laut, namun justru ada disetiap rumah warga melalui gadgetnya masing-masing.
Pertempuran baru didunia maya meningkat tajam paska konflik palestina Israel meletus pada tanggal 7 Oktober. Bahkan Elon Musk sebagai pemilik X (twitter) sempat terjatuh dalam pusaran disinformasi dunia maya saat mempromosikan informasi @WarMonitors dan @sentdefender pada 8 Oktober yang ternyata adalah deepfake operation. Walaupun akhirnya Musk menghapus postingan ini yang terlanjur telah ditonton 11 juta kali. Sebagaimana yang kita ketahui saat ini algoritma X telah terbukti mengalahkan kebenaran sumber media tradisional akibat arus sumber informasi dari X dengan berbagai kecanggihan teknologi AI nya (baca uniqu.id).
Sehebat apapun berbagai laporan terhadap deepfake media ini dilakukan, tidak akan mampu mengubah arus persepsi dan perspektif publik akibat semua disinformasi ini. Diantaranya yang beredar liar adalah video ledakan dan bangunan runtuh, diposisikan seolah-olah itu adalah serangkaian roket yang ditembakkan oleh Hamas, namun sebenarnya adalah gambar berusia bertahun-tahun yang diambil selama perang saudara di Suriah. Begitu juga dengan video kekerasan yang menunjukkan seorang wanita Israel disiksa oleh Hamas, yang sebenarnya adalah rekaman yang diambil pada tahun 2015 tentang seorang anak berusia 16 tahun yang dibakar sampai mati di Guatemala.
Parahnya lagi ada laporan palsu BBC yang mengklaim menunjukkan bukti bahwa Ukraina menjual senjata NATO kepada Hamas, juga telah beredar di platform tersebut selama seminggu terakhir. Teknologi AI dimanfaatkan oleh cyberman dengan membuat akun palsu yang meniru surat kabar Israel berbahasa Inggris The Jerusalem Post, yang situs sahnya telah dihapus selama beberapa hari oleh anonymous hacktivist yang diduga memiliki hubungan dengan negara Rusia. Akibat dari peningkatan signifikan dalam informasi palsu di X memaksa mereka tidak lagi menyediakan berita utama untuk mengkontekstualisasikan tautan artikel, dan tautan tersebut malah muncul sebagai gambar utama yang disertakan dalam artikel.
Sampai hari ini cyber war telah memasuki posisi puncaknya dengan meledaknya konten berbayar yang memicu penyebaran informasi palsu, dimana postingan dari sumber utama yang lebih otoritatif kini sering kali terkubur di bawah postingan yang dipromosikan dari pelanggan berbayar. Titik nadir kemanusiaan tengah dipertontonkan demi mengaburkan fakta bahwa ada ribuan warga yang baru saja terkubur oleh reruntuhan bangunan yang hancur lebur akibat rudal-rudal Israel. Bahkan saat Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB untuk segera bertindak untuk menghentikan serangan Israel terhadap kota Gaza, eskalasi serangan justru semakin meluas.
Saat cybertrooper Iran tengah bergerak menghentak teknologi informasi dunia menjadi pintu gerbang perang dunia ketiga. Terjadi konsolidasi strategik antar negara-negara yang ingin pelstina merdeka yang jika Arab Saudi dan Turki bersatu, maka akan mengubah geopolitik dengan sangat dramatik. Indonesia bisa memainkan peran geopolitik dunia layaknya presiden Sukarno dan Suharto dulu. Sebagaimana pesan yang disampaikan Wakil Presiden Dunia Melayu Dunia Islam dan Wakil ketua Dewan Masjid Indonesia Komjen Pol (Purn) Dr. Syafruddin Kambo kepada Liga Muslim Dunia untuk tidak sekedar bersimpati, namun mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan tatanan global dunia baru dalam perang digital.
Sebagai anak bangsa kita memiliki kekuatan untuk tidak membuang setiap detik tanpa adanya aksi nyata dalam menyadarkan kekuatan besar ini. Dan tentunya turut serta untuk mendesak DK PBB dan membangun framing baru kekuatan cyber untuk perdamaian dunia. Karena sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Semoga !!
Komentar