Mengulas Potensi Batubara Indonesia di Konferensi Coaltrans Asia 2019

Industri Maritim403 Dilihat

Nusa Dua, indomaritim.id – Konferensi Tahunan Coaltrans Asia ke-25 resmi dibuka oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot Ariyono, yang mewakili Menteri ESDM Ignasius Jonan di Nusa Dua Bali, Senin (24/6/2019).

Pemilihan Indonesia menjadi tempat penyelenggaraan Coaltrans Asia 2019, menurut Bambang, menunjukkan bahwa Indonesia masih dipercaya untuk mengadakan event berskala internasional terkait sektor batubara.

Baca Juga: Aktivis Lingkungan Dorong Negara Berantas Tambang Bauksit Illegal di Kepulauan Riau

“Indonesia masih dipandang sebagai salah satu produsen dan pengekspor batubara terbesar di dunia, sehingga Indonesia dipilih sebagai tempat penyelenggaraan Coal Trans Asia 2019,” tutur Bambang.

Keuntungan yang diperoleh dengan penyelenggaraan Coaltrans Asia 2019 di Indonesia, salah satunya adalah banyaknya calon investor bidang batubara yang akan mudah dalam mencari informasi tentang tambang batubara di Indonesia.

Dalam kesempatan ini, Bambang memaparkan bahwa produksi batubara tahun 2018 lalu mencapai 528 juta ton. Hal itu sangat signifikan perbedaannya dengan Perencanaan Nasional Jangka Menengah-Panjang 2015-2019, dimana produksi batubara yang direncanakan sebesar 413 juta ton.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot Ariyono membuka Konferensi Tahunan Coaltrans Asia ke-25 di Bali. Foto: Humas Kementerian ESDM
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot Ariyono membuka Konferensi Tahunan Coaltrans Asia ke-25 di Bali. Foto: Humas Kementerian ESDM

Dengan produksi batubara yang sangat besar, maka Pemerintah mulai memprioritaskan pasokan batubara ke dalam negeri. “Lima tahun yang lalu, kami lebih suka mengekspor batubara untuk mendapatkan pajak, tapi sekarang, secara perlahan namun pasti, kami mulai memprioritaskan kebutuhan domestik,” ujar Bambang.

Sebagaimana diketahui, Batubara memainkan peran penting tidak hanya sebagai sumber pendapatan nasional tetapi juga berfungsi sebagai konstruksi modal yang lebih ekonomis dalam memenuhi kebutuhan domestik. Paradigma penambangan batubara saat ini telah berubah, tidak lagi dipandang sebagai komoditas, tetapi lebih dianggap sebagai sumber modal pembangunan.

Sejak tahun 2011 hingga 2017, pasar domestik telah mengalami peningkatan sebesar 27 persen setiap tahunnya. “Pada tahun 2019 kami berharap untuk pasar domestik meningkat sebesar 60 persen,” imbuhnya.

Baca Juga: Kapal Pengangkut Batubara Kandas, Kementerian Perhubungan Minta PLN Atasi Pencemaran Laut

Di samping itu Pemerintah juga terus menjaga agar pengelolaan lingkungan pertambangan batubara dan pemanfaatannya akan terus ditingkatkan.

“Tantangannya menyeimbangkan antara bisnis dan konservasi. Kita concern dengan teknologi bersih. Lingkungan juga jadi perhatian utama” pungkas Bambang.

Untuk diketahui, Konferensi Coaltrans Asia 2019 berlangsung selama dua hari, yaitu 24 – 25 Juni 2019. Acara ini dihadiri para pelaku usaha sektor batubara di Asia.

Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: 
Rajab Ritonga