Tantangan dan Peluang dalam Evolusi Globalisasi Paska Pilpres 2024

Catatan Diplomasi Politik Pelaut Nuswantara

Pelaut ADIPATI l Kalitbang INDOMARITIM  l  Direktur Eksekutif TRUST  l Presiden SPI  l  Volunteer INMETA 

Pemilihan presiden dan parlemen pada tahun 2024 di Indonesia dan beberapa negara telah menjadi sorotan dunia, menandai titik balik bagi sejumlah besar negara yang mencakup sekitar 40% populasi dunia dan setengah dari PDB global. Di berbagai pemilihan tersebut, partai-partai nasionalis dengan retorika anti-globalisasi telah menunjukkan kekuatan yang signifikan. Partai-partai nasionalis ini mempromosikan kebijakan proteksionisme untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan asing, menyalahkan organisasi internasional, dan menyoroti imigrasi sebagai ancaman bagi identitas nasional. Sentimen anti-globalisasi ini diperkuat oleh beban ekonomi yang meningkat dan tren sosio-ekonomi yang memengaruhi banyak negara, yang menimbulkan pertanyaan tentang arah evolusi globalisasi.

Pemilihan Presiden tahun 2024

Diantara negara yang melakukan perhelatan pergantian kepemimpinan negara tersebut di tahun 2024 adalah :

Bangladesh – Populasi: 174 juta, Pemilihan: Parlemen nasional, Waktu: 7 Januari
Bhutan – Populasi: 0,79 juta, Pemilihan: Majelis Nasional, Waktu: 9 Januari
Taiwan – Populasi: 23,9 juta, Pemilihan: Presiden, Legislative Yuan, Waktu: 13 Januari
Komoro – Populasi: 0,86 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: 14 Januari
Tuvalu – Populasi: 0,01 juta, Pemilihan: Parlemen, Waktu: 26 Januari
Finlandia – Populasi: 5,5 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: 28 Januari
El Savador – Populasi: 6,4 juta, Pemilihan: Presiden, DPR, Waktu: 4 Februari
Azerbaijan – Populasi: 10,4 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: 7 Februari
Pakistan – Populasi: 243 juta, Pemilihan: Majelis Nasional, Waktu: 8 Februari
Kamboja – Populasi: 17 juta, Pemilihan: Senat, Waktu: 25 Februari
Senegal – Populasi: 18 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: 25 Februari
Belarusia – Populasi: 9,5 juta, Pemilihan: Majelis Rendah, Waktu: 25 Februari
Finlandia – Populasi: 5,5 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: 28 Januari
El Savador – Populasi: 6,4 juta, Pemilihan: Presiden, DPR, Waktu: 4 Februari
Azerbaijan – Populasi: 10,4 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: 7 Februari
Pakistan – Populasi: 243 juta, Pemilihan: Majelis Nasional, Waktu: 8 Februari
Kamboja – Populasi: 17 juta, Pemilihan: Senat, Waktu: 25 Februari
Senegal – Populasi: 18 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: 25 Februari
Belarusia – Populasi: 9,5 juta, Pemilihan: Majelis Rendah, Waktu: 25 Februari
Iran – Populasi: 89,5 juta, Pemilihan: Majelis Permusyawaratan Islam, Majelis Para Ahli, Waktu: 1 Maret
Portugal – Populasi: 10,2 juta, Pemilihan: Majelis Republik, Waktu: 10 Maret
Rusia – Populasi: 144 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: 15-17 Maret
Ukraina – Populasi: 37,4 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: Dijadwalkan 31 Maret (namun kemungkinan tak dihelat lantaran perang dengan Rusia)
Maladewa – Populasi: 0,52 juta, Pemilihan: Majelis Rakyat, Waktu: Kemungkinan Maret-Mei
Korea Utara – Populasi: 26,6 juta, Pemilihan: Majelis Rakyat Tertinggi, Waktu: 10 April
Makedonia Utara – Populasi: 2,1 juta, Pemilihan: Presiden, Majelis, Waktu: Pilpres 24 April, parlemen 8 Mei
India – Populasi : 1,4 miliar, Pemilihan: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Lok Sabha, Waktu: Kemungkinan April-May
Kepulauan Solomon – Populasi: 0,75 juta, Pemilihan: Parlemen, Waktu: Kemungkinan April
Panama – Populasi: 4,5 juta, Pemilihan: Presiden, Majelis Nasional, Waktu: 5 Mei
Lithuania – Populasi: 2,7 juta, Pemilihan: Presiden, Seimas, Waktu: Pilpres pada 12 Mei, parlemen 13 Oktober
Republik Dominika – Populasi: 11,4 juta, Pemilihan: Presiden, Senat, Majelis Rendah, Waktu: 19 Mei
Madagaskar – Populasi: 30,7 juta, Pemilihan: Majelis Nasional, Waktu: Jatuh tempo pada Mei
Afrika Selatan – Populasi: 60,7 juta, Pemilihan: Majelis Nasional, Waktu: Kemungkinan Mei-Agustus
Islandia – Populasi: 0,38 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: 1 Juni
Meksiko – Populasi: 129 juta, Pemilihan: Presiden, Senat, Majelis Rendah (Chamber of Deputy), Waktu: 2 Juni
Uni Eropa – Populasi: 448 juta (dari 27 negara bagian), Pemilihan: Parlemen Eropa, Waktu: 6-9 Juni
Belgia – Populasi: 11,7 juta, Pemilihan: Majelis Rendah, Waktu: 9 Juni
Mauritania – Populasi: 4,9 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: 22 Juni
Mongolia – Populasi: 3,5 juta, Pemilihan: Parlemen (State Great Khural), Waktu: Kemungkinan Juni
Rwanda – Populasi: 14,3 juta, Pemilihan: Presiden, Majelis Rendah, Waktu: 15 Juli
Austria – Populasi: 9 juta, Pemilihan: Dewan Nasional, Waktu: Kemungkinan 29 September
Mozambik – Populasi: 34,4 juta, Pemilihan: Presiden, Majelis Republik, Waktu: 9 Oktober
Georgia – Populasi: 3,7 juta, Pemilihan: Presiden, Parlemen, Waktu: Pilpres segera diinformasikan, parlemen pada 26 Oktober
Uruguay – Populasi: 3,4 juta, Pemilihan: Presiden, Senat, Majelis Rendah, Waktu: 27 Oktober
Chad – Populasi: 18,6 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: Kemungkinan Oktober
Botswana – Populasi: 2,7 juta, Pemilihan: Majelis Nasional, Waktu: Kemungkinan Oktober
Uzbekistan – Populasi: 35,4 juta, Pemilihan: Majelis Rendah Legislative Chamber, Waktu: Kemungkinan Oktober, jatuh tempo pada Desember
Amerika Serikat – Populasi: 341 juta, Pemilihan: Presiden, Senat, DPR, Waktu: 5 November
Palau – Populasi: 0,02 juta, Pemilihan: Presiden, Senat, Majelis Rendah, Waktu: 12 November
Yordania – Populasi: 11,4 juta, Pemilihan: DPR, Waktu: Kemungkinan November
Moldova – Populasi: 3,4 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: Kemungkinan November
Romania – Populasi: 19,7 juta, Pemilihan: Presiden, Senat, Majelis Rendah (Chamber of Deputies), Waktu: Kemungkinan November-Desember
Ghana – Populasi: 34,4 juta, Pemilihan: Presiden, Parlemen, Waktu: 7 Desember
Aljazair – Populasi: 46 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: Kemungkinan Desember
Sudan Selatan – Populasi: 11,2 juta, Pemilihan: Presiden, DPR, Waktu: Kemungkinan Desember
Venezuela – Populasi: 29,1 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: Kemungkinan Desember
San Marino – Populasi: 0,03 juta, Pemilihan: Parlemen (Grand and General Council), Waktu: Kemungkinan Desember
Kroasia – Populasi: 4 juta, Pemilihan: Presiden, Parlemen, Waktu: Pilpres kemungkinan Desember, parlemen segera diinformasikan
Suriah – Populasi: 23,8 juta, Pemilihan: Majelis Rakyat, Waktu: Segera diinformasikan
Sri Lanka – Populasi: 21,9 juta, Pemilihan: Presiden, Parlemen, Waktu: Segera diinformasikan
Ceko – Populasi: 10,5 juta, Pemilihan: Senat, Waktu: Segera diinformasikan
Slovakia – Populasi: 5,7 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: Segera diinformasikan
Kiribati – Populasi: 0,14 juta, Pemilihan: Presiden, Majelis Rendah, Waktu: Segera diinformasikan
Mauritius – Populasi: 1,3 juta, Pemilihan: Majelis Nasional, Waktu: Segera diinformasikan
Guinea-Bissau – Populasi: 2,2 juta, Pemilihan: Presiden, Waktu: Segera diinformasikan
Namibia – Populasi: 2,6 juta, Pemilihan: Presiden, Majelis Nasional, Waktu: Segera diinformasikan

Tantangan dan Peluang dalam Evolusi Globalisasi

Hasil pemilihan 2024 menjadi penanda penting dalam perjalanan evolusi globalisasi. Kemenangan partai-partai nasionalis telah menimbulkan pertanyaan tentang arah integrasi global di masa depan. Kebijakan proteksionisme yang mungkin akan diperketat, seperti kenaikan tarif perdagangan dan pembatasan impor, berpotensi menghambat arus perdagangan internasional dan integrasi ekonomi global. Selain itu, kecenderungan untuk mengurangi keterlibatan dalam organisasi internasional bisa mengurangi pengaruh globalisasi dalam diplomasi dan kebijakan luar negeri. Hal ini memunculkan ketidakpastian terkait dengan hubungan diplomatik dan perdagangan internasional, serta berpotensi memicu respons dari negara-negara lain yang terpengaruh.

Peningkatan kebijakan anti-imigrasi juga menjadi isu yang mencuat, dengan potensi dampaknya terhadap mobilitas tenaga kerja lintas batas dan integrasi sosial dan ekonomi global. Namun, di tengah ketidakpastian ini, ada langkah-langkah positif yang dilakukan oleh beberapa entitas regional. Strategi industri pertahanan baru Uni Eropa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara-negara anggota, sambil menciptakan otonomi strategis dalam jangka pendek dan panjang. Meskipun terdapat kekhawatiran terkait kendala pendanaan dan hambatan struktural, upaya ini diharapkan dapat memperkuat kerja sama lintas batas dan basis industri pertahanan UE.

Di sisi lain, integrasi dalam Eurasian Economic Union (EAEU) menawarkan peluang bagi negara-negara anggota, termasuk Rusia dan Indonesia. Meskipun masih ada tantangan seperti stagnansi ekonomi dan permasalahan kebijakan luar negeri, kerjasama dalam EAEU dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing global. Secara keseluruhan, pemilihan 2024 menandai titik balik penting dalam evolusi globalisasi. Meskipun terdapat dorongan untuk penarikan diri dari integrasi global, upaya untuk memperkuat kerja sama lintas batas, baik dalam konteks UE maupun EAEU, menunjukkan bahwa langkah-langkah ini masih relevan dan diperlukan untuk memperkuat posisi ekonomi dan pertahanan di tingkat regional dan global. Hati-hati dan koordinasi yang kuat dari semua pihak diperlukan untuk mengelola tantangan dan memanfaatkan peluang ini secara optimal.

Era Baru Strategi Pertahanan sebagai Tantangan dan Peluang bagi ASEAN khususnya Indonesia

Dalam tengah-tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global, strategi pertahanan menjadi fokus utama bagi banyak negara, termasuk Uni Eropa (UE) dan Indonesia. Meskipun upaya telah dilakukan untuk membangun kekuatan militer yang disebut sebagai Kekuatan Esensial Minimum (MEF) untuk mempertahankan kedaulatannya, realitasnya menunjukkan bahwa target-target MEF 2024 belum tercapai dengan baik. Hambatan utamanya adalah keterbatasan anggaran yang menyebabkan pembelian senjata tidak berjalan sesuai rencana, terutama setelah sebagian besar anggaran pertahanan dialihkan untuk menangani pandemi COVID-19. Selain itu, perkembangan geopolitik di Indo-Pasifik memperumit upaya pertahanan Indonesia, karena ancaman dari rivalitas antara Amerika Serikat dan China semakin nyata.

ASEAN, sebagai aktor regional, juga merespons dinamika di kawasan Indo-Pasifik. Melalui Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP), ASEAN menggarisbawahi pentingnya dialog, kerja sama, dan stabilitas di kawasan tersebut. AOIP adalah inisiatif untuk menjaga perdamaian dan keamanan, dengan ASEAN sebagai pusatnya. Namun, implementasi AOIP dihadapkan pada tantangan, terutama dalam mengakomodasi beragam kepentingan negara-negara di Indo-Pasifik. Sentralitas ASEAN dan kerja sama lintas batas menjadi kunci dalam menghadapi ketegangan di kawasan tersebut. Indonesia, sebagai negara terbesar di ASEAN, memiliki peran penting dalam mempromosikan AOIP dan memperkuat kerjasama pertahanan di Indo-Pasifik.

Dalam konteks ini, penting untuk mengembangkan kemitraan dan kerja sama dalam bidang pertahanan, baik dengan negara-negara di dalam ASEAN maupun di luar kawasan, dengan tetap mempertahankan kemandirian dan kepentingan nasional. Meskipun tantangan pertahanan di Indo-Pasifik semakin kompleks, diplomasi tetap menjadi salah satu alat terpenting dalam menjaga stabilitas. Indonesia, dengan statusnya sebagai kekuatan tengah di kawasan, memiliki potensi untuk memainkan peran mediasi dalam konflik dan mendorong dialog antara negara-negara yang terlibat. Hal ini tercermin dalam upaya Indonesia dalam mendorong kesepakatan Kode Etik Perilaku di Laut Cina Selatan melalui ASEAN.

Dengan demikian, era baru strategi pertahanan memunculkan tantangan dan peluang bagi ASEAN dan Indonesia. Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan dinamika regional yang kompleks, penting bagi kedua entitas ini untuk meningkatkan kerja sama pertahanan, memperkuat sentralitas ASEAN, dan menggunakan diplomasi sebagai alat untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Indo-Pasifik. Dengan koordinasi yang baik dan kesadaran akan kepentingan bersama, ASEAN dan Indonesia dapat mengatasi tantangan ini dan memanfaatkan peluang untuk membangun masa depan yang lebih aman dan sejahtera bagi kawasan Indo-Pasifik.

Komentar