Berlayar dengan Doa, Menembus Badai dengan Harapan

Catatan Diplomasi Politik Pelaut Nuswantara

Ada satu doa sederhana yang menggema di hati para pelaut sebelum kapal bertolak meninggalkan pelabuhan..

“Semoga Allah memeluk hatimu dengan ketenangan, menjawab doamu dengan cinta, dan memudahkan langkahmu dalam setiap urusan…”

Doa ini tidak hanya disampaikan dengan bibir, tapi ditanamkan dalam jiwa. Ia menjadi bekal saat langit menghitam, saat angin mengamuk, saat kompas goyah mencari arah. Sebab, dalam dunia pelayaran — dan dalam kehidupan bangsa kita — badai bukan pertanyaan ‘jika’, tapi ‘kapan’.

Hari ini, bangsa maritim kita tengah berada di tengah badai besar.
Krisis ekonomi, perubahan global, ketidakpastian sosial, dan kehilangan kepercayaan seolah mengguncang kapal ini dari semua sisi. Tapi bukankah sejak dulu kita diajarkan bahwa badai bukan alasan untuk membatalkan pelayaran? Justru badai adalah medan ujian untuk membuktikan siapa kita sebenarnya.

Di atas geladak yang basah, dalam hempasan ombak yang ganas, seorang pelaut adipati berdiri tegak. Ia menatap cakrawala yang muram, lalu berkata pada rekan pelautnya ..

Di hari yang baru ini, mari kita awali dengan doa dan harapan yang tulus..

Bukan sekadar untuk bertahan, tapi untuk tetap berlayar — dengan arah yang jelas dan jiwa yang teguh.

Kita semua adalah bagian dari kapal ini. Setiap profesi, setiap upaya kecil, setiap niat baik — itu semua adalah tiang dan layar yang menjaga Indonesia tetap melaju. Sebagai pekerja profesional, tugas kita bukan hanya menyelesaikan pekerjaan, tapi menghidupkan nilai: ketulusan, integritas, keahlian, dan pengabdian.

Ketulusan membuat kita tetap bergerak bahkan saat hasil belum terlihat.
Integritas menjaga kita dari keputusan yang mengkhianati misi besar kita.
Keahlian membuat kapal ini melaju lebih cepat, lebih kuat.
Pengabdian mengikat semua itu menjadi alasan mengapa kita tidak menyerah.

Badai ini berat, tapi tidak abadi.
Gelap ini pekat, tapi tidak kekal.
Yang abadi adalah tekad kita. Yang kekal adalah keyakinan bahwa setiap doa yang disampaikan dengan tulus, setiap usaha yang dijalankan dengan hati, akan menemukan jalannya sendiri — cepat atau lambat.

Maka hari ini, di tengah derasnya hujan dan kuatnya tiupan angin, marilah kita awali langkah kita dengan satu keyakinan sederhana ..

Allah memeluk hati kita dengan ketenangan.. Allah menjawab doa kita dengan cinta.. Allah memudahkan langkah kita, selama kita berani melangkah.

Inilah saatnya bangsa maritim ini kembali mengenang siapa dirinya.
Bukan bangsa yang tunduk oleh ombak, tapi bangsa yang memilih untuk terus berlayar.
Dengan doa yang tulus. Dengan harapan yang jujur. Dengan tekad yang tak mudah patah.

Indonesia, mari kita layarkan kapal ini menuju fajar baru.

Komentar